Kamis, 02 Juni 2011

Nuzulul Qur'an



NUZULUL QUR'AN

PENDAHULUAN

Allah telah memuliakan ummat Muhammad, karenanya Dia menurunkannya kitab yang luar biasa, sebagai penutup dari kitab-kitab Samawi, menjadi undang-undang kehidupan, pemecah persoalan, tanda keagungan dan keluhuran sebagai umat pilihan untuk bisa mengemban risalah Samawiyah yang paling mulia, dimana Allah memuliakannya dengan bekal kitab yang luhur dan diturunkan khusus kepada seorang Rasul yang mulia
Dia turunkan kitab-Nya yang bernilai mu’jizat itu. Sebagai kitab yang terakhir, agar menjadi pedoman bagi kehidupan mereka. Dengan diturunkannya kitab termulia serta menentukannya untuk makhluk termulia, yaitu Muhammad bin Abdillah, maka berarti Allah telah memuliakan umat ini.
Turunnya Al-Qur'an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi. Turunnya Al-Qur'an yang pertama kali pada malam “Lailatul Qadar” merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad. Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah baru agar menjadi umat paling baik yang dikeluarkan bagi manusia.


PEMBAHASAN

A. Pengertian Nuzulul Qur’an
Secara etimologis, kata Nuzul memiliki beberapa pengertian. Menurut Ibn Faris, kata Nuzul berarti hubuth syay wa wuqu’uh, turun dan jatuhnya sesuatu. Sedang menurut al-Raghib al-Isfahaniy, kata Nuzul berarti al-inhidar min ‘ulw ila asfal,meluncur atau turun daria atsas kebawah. Nuzul dalam pengertian ini dapat di jumpai dalam QS al Baqarah ayat 22.
Kata nuzul, bisa juga berarti singgah atau tiba di tempat tertentu. Pengertian ini, sebagaimana dikatan al-Zamakhsari dalam kitabnya asas al-Balaghah, menganggap pengertian sebagai makna hakiki.
Menurut al-Zarqoni, kata Nuzul di ungkapkan dalam penuturanya yang lain untuk pengertian perpindahannya sesuatu daria atas kebawah. Lebuh dari itu, Nuzul berarti bergeraknya sesuatu dri dari atas kebawah. Pengertian tersebut tidak tepat atau tidak lazim bagi pengertian Nuzulul qur’an. Dan Tujuan Khusus Dari Nuzulul Qur’an Adalah  Memberikan Petunjuk kepada semua makhluk ke jalan yang lurus, sebagai adanya targhib dan tarhib, untuk dapat melaksanakan syari’at Allah SWT. Sebagai Jawaban terhadap pertanyaan dan juga penjelasan bagi mereka, seperti turunya Al-Anfal 1, dan an-Nisa’ : 127
A. Proses Turunnya Al-Qur’an
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul Muhammad SAW untuk memberi petujuk kepada manusia. Turunya al-Qur’an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi
Dengan turunnya Al-Qur’an sempurnalah ikatan risalah samawiyah, terpancarlah sinar cahaya ke seluruh penjuru dunia yang akhirnya sampailah petunjuk Allah itu kepada makhluk-Nya.
Turunnya Al-Qur’an ini adalah dengan perantara Malaikat Jibril A.S., yang memantapkannya ke dalam lubuk hati Nabi Muhammad SAW. Dia menyampaikannya sebagai wahyu dari Allah. Sehubungan dengan itu Allah berfirman yang artinya, “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril a.s.) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”. (Q.S. Asy-Syu’ara: 193-195).

A.    Bagaimana Cara Al-Qur’an Diturunkan
Ada dua tahap penurunan Al-Qur’an:
Ø  Pertama   : Dari Laukh Mahfudl ke langit dunia (dalam bentuk keseluruhan) pada malam Lailatul Qadar.
Ø  Kedua     : Dari langit dunia ke bumi secara bertahap dalam masa dua puluh tiga tahun.
1.      Penurunan Pertama

Pada malam mubarokah yaitu malam Lailatul Qadar diturunkanlah Al-Qur’an secara sempurna ke Baitul Izzah di langit pertama. Al-Qur’an turun pada malam lailatul qadar yaitu malam kemulyaan, merupakan pemberitahuan Allah SWT kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malakat akan kemulyaan umat Nabi Muhamad SAW.

Alasan yang demikian adalah didasarkan dari nash sebagai berikut:
a.       Firman Allah SWT
Yang artinya: “Haa Miim. Demi kitab (Al-Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi, dan sesungguhnya kamilah yang memberi peringatan” (Q.S. Ad-Dukhan: 1-3).


b.      Firman Allah SWT
Yang artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukan kamu apakah malam kemuliaan itu?”. (Q.S. Al-Qadr: 1-2)
c.       Firman Allah SWT
Yang artinya: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan batil”. (Q.S. Al-Baqarah: 185)
Tiga ayat di atas menyatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada suatu malam yang dinyatakan dengan malam mubarokah serta dinamai dengan Lailatul Qadar yaitu salah satu malam pada bulan Ramadhan. Hal ini menyatakan bahwa turunnya Al-Qur’an ialah turun tahap pertama ke Baitul ‘Izzah di langit pertama. Sebagai alasannya apabila yang dimaksud dalam penurunan ini adalah penurunan tahap kedua yaitu Nabi SAW maka tidaklah tepat bila dikatakan satu malam dan satu bukan yaitu bulan Ramadhan. Karena Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi dalam masa yang lama yaitu selama masa kerasulan 23 tahun serta diturunkan bukan saja pada bulan Ramadhan tetapi juga pada bulan selainnya. Dari itu nyatalah bahwa yang dimaksudkan adalah penurunan tahap pertama.
Adapun hadits-hadits shahih yang menguatkan analisa di atas sebagai berikut:
a.       Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Al-Qur’an dipisah penurunannya. Ia diletakkan pada Baitul ‘Izzah di langit, kemudian membawanya turun kepada Nabi SAW” (H.R. Al Hakim).
b.      Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: Al-Qur’an diturunkan secara keseluruhan ke langit dunia yaitu tempat-tempat bintang. Dan Allah menurunkannya kepada Nabi SAW sebagian demi sebagian”. (H.R. Tabrani).
c.       Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: Allah menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan ke langit dunia secara keseluruhan. Kemudian dia menurunkannya secara berangsur-angsur.” (H.R. AL Hakim dan Al Baihaqi).
Ketiga riwayat terebut dikutip oleh Imam As-Suyuthi dalam kitabnya Al-Atqan Fi ‘Ulumil Qur’an dan menjelaskan bahwa ketiganya adalah shahih.
Sebagaimana dikemukakan oleh Imam As-Suyuthi juga riwayat dari Ibnu Abbas dimana dia ditanya oleh Athiyah Ibnu Aswad dia berkata: Dalam hatiku terdapat keraguan tentang firman Allah SWT:
ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$#
Dari firman Allah:
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$#
Sedangkan Al-Qur’an ada yang diturunkan pada bulan Syawal, Dzul-Qo’dab, Dzul-Hijjah, Muharam, Shafar, dan bulan Robiul Awwal dan Akhir. Ibnu Abbas menjawab bahwa Al-Qur’an itu diturunkan pada bulan Ramadhan malam Lailatul Qadar secara sekaligus yang kemudian diturunkan kepada Nabi secara berangsur-angsur di sepanjang bulan dan hari.
Yang dimaksud dengan nujum (bertahap) adalah diturunkan sedikit demi sedikit dan terpisah-pisah, sebagiannya menjelaskan bagian yang sesuai dengan fungsi dan kedudukannya.
Mungkin hikmah penurunan demikian ini adalah sebagai pertanda khusus perkara Al-Qur’an dan perihal Rasul yang hendak menerimanya yang sekaligus memberikan pengumuman kepada penduduk langit ketujuh bahwa Al-Qur’an itu merupakan kitab terakhir yang diturunkan kepada Nabi terakhir untuk umat yang termulia.
As-Suyuthi berpendapat andaikata tidak ada hikmah Ilahiyah yang menyatakan turunnya kepada ummat secara bertahap disesuaikan dengan keadaan niscaya akan sampai ke muka bumi secara sekaligus sebagaimana halnya kitab-kitab yang diurunkan sebelumnya, tetapi karena Allah SWT membedakan antara Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya maka Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap: turun secara sekaligus kemudian diturunkan secara berangsur sebagai penghormatan terhadap orang yang diturunkannya.

2.      Penurunan Kedua
Penurunan tahap yang kedua adalah dari langit pertama ke dalam lubuk hati Nabi Muhammad SAW dengan cara berangsur-angsur yang memakan waktu 23 tahun sejak kebangkitannya sebagai Rasul sampai beliau wafat. Turunya Al-Qur’an secara bertahap ( munajaman ), dengan tujuan menguatkan hati Rasul SAW dan menghibur serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah SWT menyempurnakan agama ini dan mencukupi nikmat-nikmat-Nya.

Alasan bahwa Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur adalah:
a.       Firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’
$ZR#uäöè%ur çm»oYø%tsù ¼çnr&tø)tGÏ9 n?tã Ĩ$¨Z9$# 4n?tã ;]õ3ãB çm»oYø9¨tRur WxƒÍ\s?
“Dan Al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia, dan kami menurunkannya bagian demi bagian”. (Q.S. Al-Isro’ 106)

b.      Firman Allah dalam surat Al-Furqan
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Ÿwöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºxŸ2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös?
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakannya kelompok demi kelompok”. (Q.S. Al Furqon: 32).

Dikatakan bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik mencela Nabi Muhammad SAW karena diturunkannya Al-Qur’an secara terpisah-pisah. Mereka menghendaki agar diturunkannya secara sekaligus. Mereka berkata kepada Nabi Muhammad SAW: “Hai ayah Qasim! Mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus sebagaimana diturunkannya Taurat kepada Musa?” Dari peristiwa itu maka turunlah dua ayat  tersebut di atas sebagai bantahan terhadap mereka. Bantahan tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Az-Zarqany mengandung dua pengertian: 1) bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi SAW secara berangsur-angsur, 2) kitab Samawy sebelumnya diturunkan secara sekaligus, sebagaimana telah populer di kalangan jumhur ulama.
Analisa dari dua pengertian di atas telah Allah membenarkan apa yang dikemukakan oleh mereka bahwa turunnya kitab-kitab Samawy terdahulu adalah sekaligus. Dapat ditandai bahwa Allah menjawab pertanyaan mereka secara filosofis bahwa turunnya Al-Qur’an adalah berangsur-angsur dan andaikata turunnya kitab-kitab Samawy sebelum Al-Qur’an secara berangsur-angsur pula sebagaimana hal Al-Qur’an, niscaya Allah akan memberi bantahan terhadap mereka bahwa mereka tidak membenarkannya (mendustakannya). Dan menyatakan bahwa penurunan secara berangsur-angsur adalah merupakan sunatullah sebagaimana Dia menurunkan sekaligus kitab-kitab kepada para Nabi terdahulu.

B.     Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Bertahap
Ada banyak hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap, akan tetapi di sini kami akan menguraikannya secara ringkas sebagaimana berikut:
1.      Hikmah pertama: menguatkan/meneguhkan hati Rasul
Rasulullah SAW dalam menyampaikan dakwahnya kepada seluruh umat manusia senantiasa menghadapi pembangkangan-pembangkangan oleh orang-orang yang berhati batu, berperangai kasar dan keras kepala. Padahal beliau ingin menyampaikan segala yang baik kepada mereka dengan hati yang tulus. Oleh karena itu, Allah menurunkan wahyu secara bertahap kepada Rasulullah melalui perantara Malaikat Jibril agar dapat meneguhkan hatinya atas dasar kebenaran dan memperkuat kemauannya untuk tetap terus melangkahkan kaki di jalan dakwah yang selalu diridhai Allah, dan karena segala sesuatu yang ada permulaannya pasti ada akhirnya, begitu juga pembangkangan-pembangkangan, tantangan dan berbagai ancaman yang dihadapi Rasul, itu semua juga akan berakhir.
Setip kali penderitaan Rasulullah SAW bertambah karena didustakan oleh kaumnya dan merasa sedih karena penganiayaan mereka, maka Al-Qur’an turun untuk melepaskan derita dan menghiburnya serta mengancam orang-orang yang mendustakan bahwa Allah mengetahui hal ihwal mereka dan akan membalas apa yang mereka lakukan itu.
Ÿxsù šRâøts óOßgä9öqs% ¢ $¯RÎ) ãNn=÷ètR $tB šcrŽÅ£ãƒ $tBur tbqãZÎ=÷èム(يس: 76)
“Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu. Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan”. (Ya Sin (36): 76).

Allah juga menyampaikan berita gembira kepadanya dengan ayat-ayat (yang isinya menjanjikan) perlindungan kemenangan dan pertolongan:
ª!$#ur šßJÅÁ÷ètƒ z`ÏB Ĩ$¨Z9$# (المائدة: 67)
“Allah memelihara kamu dari gangguan mereka”

Demikianlah, ayat-ayat tersebut diturunkan kepada Rasulullah SAW secara berkesinambungan sehingga sebagai penghibur dan pendukung sehingga ia tidak diliputi kesedihan dan dihinggapi rasa putus asa. Setiap kali ia merasa sedih sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia, ayat-ayat penghibur pun datang berulang kali sehingga ia berketepatan hati untuk melanjutkan dakwah dan merasa tenteram dengan pertolongan Allah.
Abu Syamah berkata: “Apabila ditanya: Apakah rahasia Al-Qur’an diturunkan secara bertahap dan mengapakah ia tidak diturunkan sekaligus seperti halnya kitab-kitab yang lain? Kami menjawab: pertanyaan yang demikian ini sudah dijawab oleh Allah dalam firmannya: “Dan orang-orang kafir berkata: Mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Mereka bermaksud mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW seperti halnya kitab-kitab lain yang diturunkan kepada para Rasul sebelum dia. Maka Allah menjawab pertanyaan mereka dengan firman-Nya: “Demikianlah (kami menurunkannya secara berangsur) untuk memperkuat hatimu dengannya. Sebab apabila wahyu selalu baharu dalam setiap peristiwa, maka pengaruhnya dalam hati menjadi lebih kuat dan orang yang menerimanya mendapat perhatian. Hal yang demikian ini menghendaki seringnya malaikat turun kepadanya, kebaharuan situasi dan risalah yang dibawanya dari sisi Allah Yang Maha Perkasa. Hal ini menimbulkan kegembiraan di hati Rasulullah SAW yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Itulah sebabnya, mengapa Rasulullah SAW sangat bermurah hati di bulan-bulan Ramadhan karena dalam bulan ini Malaikat Jibril sering menemuinya.

2.      Hikmah kedua: tantangan dan mukjizat
Orang-orang musyrik senantiasa bergelimang dalam kesesatan dan kesombongan mereka hingga melampaui batas. Mereka senang sekali bahkan sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan melemahkan dan menantang, untuk menguji Rasulullah atas diangkatnya beliau menjadi seorang Nabi. Mereka juga sering menanyakan hal-hal batil yang tak masuk akal kepadanya, seperti menanyakan tentang hari kiamat dan minta disegerakannya azab. Oleh karena itu, turunlah Al-Qur’an dengan ayat yang menerangkan pada mereka segi kebenaran dan memberikan jawaban yang sangat jelas atas pertanyaan mereka, sebagaimana Allah berfirman:
Ÿwur y7tRqè?ù'tƒ @@sVyJÎ/ žwÎ) y7»oY÷¥Å_ Èd,ysø9$$Î/ z`|¡ômr&ur #·ŽÅ¡øÿs?
“Dan tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu dengan membawa sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya”. (Al Furqan (25):33).

Ayat terebut menerangkan bahwa setiap mereka datang kepadamu dengan mengajukan pertanyaan yang batil dan sia-sia, kami datangkan kepadamu jawaban yang benar dan sesuatu yang lebih baik maknanya daripada pertanyaan-pertanyaan yang tiada berguna dan sia-sia belaka.
Pada saat mereka kaget dan heran terhadap turunnya Al-Qur’an secara bertahap, maka Allah menerangkan kepada mereka kebenaran hal tersebut, disebabkan tantangan kepada mereka dengan Al-Qur’an yang diturunkan secara bertahap sedang mereka tidak mampu untuk membuat yang serupa dengannya, hal yang seperti inilah yang akan lebih memperlihatkan dan menampakkan kemukjizatannya serta lebih efektif pembuktiannya daripada jika Al-Qur’an diturunkan sekaligus kemudian mereka diminta membuat yang serupa dengannya. Oleh karena itu, ayat tersebut di atas turun setelah orang-orang kafir bertanya, mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Maksudnya adalah: setiap mereka datang kepadamu dengan membawa sesuatu yang ganjil yang mereka minta seperti turunnya Al-Qur’an sekaligus, kami berikan kepadamu apa yang menurut kebijaksanaan kami membenarkanmu dan apa yang lebih jelas maknanya dalam melemahkan mereka, yaitu dengan turunnya Al-Qur’an secara bertahap. Hikmah yang demikian juga telah disyaratkan oleh keterangan yang terdapat dalam beberapa riwayat dalam hadits Ibn Abbas mengenai turunnya Al-Qur’an: “Apabila orang-orang musyrik mengadakan sesuatu, maka Allah pun mengadakan jawabannya atas mereka”.

3.      Hikmah ketiga: mempermudah hafalan dan pemahamannya
Allah SWT menurunkan Al-Qur’anul karim di tengah-tengah umat yang ummi, yaitu umat yang tidak pandai membaca dan menulis. Kekuatan pikiran mereka adalah hafalan dan daya ingatan. Mereka juga tidak mengetahui tata cara penulisan dan pembukuan yang memungkinkan mereka mampu menuliskan dan membukukan Al-Qur’an, kemudian menghafal dan memahaminya.
“Dialah yang mengutus kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Al-Jumu’ah (62): 2).
Umat yang ummi (buta huruf) tidaklah mudah untuk menghafal Al-Qur’an seluruhnya seandainya Al-Qur’an itu diturunkan sekaligus, dan tidak mudah pula bagi mereka untuk memahami maknanya dan memikirkan ayat-ayatnya, terangnya bahwa turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur adalah merupakan pertolongan terbaik bagi mereka untuk menghafal dan memahami ayat-ayatnya. Setiap kali Al-Qur’an diturunkan berupa satu atau beberapa ayat, para sahabat segera menghafalnya, memikirkan dan merenungkan maknanya serta mempelajari hukum-hukumnya. Tradisi demikian inilah yang menjadi suatu metode pengajaran dalam kehidupan para tabi’in dan turun menurun sampai sekarang ini.
Sahabat Umar berkata
تعلموا القران خمس ايات خمس ايات، فإن جبريل كان ينزل بالقران على النبي خمسا خمسا
“Pelajarilah Al-Qur’an itu lima ayat demi lima ayat, karena Jibril menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW lima ayat demi lima ayat”.

4.      Hikmah keempat: Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan penahapan dalam penetapan hukum
Manusia dalam dunia ini tidak akan begitu mudahnya mau mengikuti dan tunduk kepada agama yang baru (agama Islam) seandainya Al-Qur’an tidak menghadapi mereka dengan cara yang bijaksana dan memberikan kepada mereka beberapa obat penawar yang dapat menyembuhkan mereka dari kerusakan dan kerendahan martabat. Al-Qur’an juga mengajarkan akhlak mulia yang dapat membersihkan jiwa, meluruskan kebengkokannya dan mencegah perbuatan yang keji dan mungkar, sehingga akar-akar kejahatan dan keburukan dapat terkikis habis.
Al-Qur’an turun sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi bagi kaum muslimin dan perjuangan panjang mereka untuk meninggikan kalimah Allah. Hal-hal yang telah dipaparkan di atas memiliki dalil-dalil berupa nash-nash Al-Qur’anul karim bila kita mau meneliti ayat-ayat makki dan madani-nya, serta kaidah-kaidah perundang-undangannya. Contoh mengenai zina yang dasarnya sudah diharamkan di Mekkah.
Ÿwur (#qç/tø)s? #oTÌh9$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. Zpt±Ås»sù uä!$yur WxÎ6y (الإسراء: 32)
“Dan janganlah kamu mendekati zina, zina itu suatu perbuatan keji dan jalan yang buruk”. (Al Israa’ (17): 32).

Akan tetapi hukuman-hukuman yang diakibatkan oleh zina itu turun di Madinah. Dan bahwasanya ada keterangan yang diriwayatkan dari Ibn Abbas mengenai turunnya Al-Qur’an: ”Al-Qur’an diturunkan oleh Jibril dengan membawa jawaban atas pertanyaan para hamba dan perbuatan mereka”.

5.      Hikmah kelima: bukti yang pasti bahwa Al-Qur’anul Karim diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji
Al-Qur’anul Karim, turun secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW dalam waktu lebih dari dua puluh tahun ini, rangkaiannya begitu padat, tersusun cermat sekali, dengan makna yang saling bertaut, dengan gaya yang begitu kuat, serta ayat demi ayat dan surah demi surah saling terkait erat bagaikan mutiara yang indah yang belum pernah ada bandingannya dalam perkataan manusia.
!9# 4 ë=»tGÏ. ôMyJÅ3ômé& ¼çmçG»tƒ#uä §NèO ôMn=Å_Áèù `ÏB ÷bà$©! AOŠÅ3ym AŽÎ7yz  (هود: 11)
“Inilah suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Tahu”. (Hud (11): 1)

Seandainya Al-Qur’an adalah perkataan manusia yang disampaikan dalam berbagai situasi, peristiwa dan kejadian, tentulah di dalamnya terjadi ketidakserasian dan saling bertentangan satu sama lain, serta sulit terjadi keseimbangan.
öqs9ur tb%x. ô`ÏB ÏZÏã ÎŽöxî «!$# (#rßy`uqs9 ÏmŠÏù $Zÿ»n=ÏF÷z$# #ZŽÏWŸ2 (النساء: 82)
“Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah tentulah mereka dapati banyak saling pertentangan di dalamnya”. (An-Nisa (4): 82).

Hadits-hadits Rasulullah SAW tidaklah tersusun dalam bentuk sebuah buku dengan ungkapan yang lancar, akan tetapi antara hadits yang satu dengan lainnya berkaitan seperti halnya Al-Qur’anul Karim, serta tidak ada ucapan dan perkataan manusia lainnya yang bisa menandinginya.
KESIMPULAN

Al-Qur’anul Karim diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril yang mana sebagai penyempurnaan kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW. Ada dua penurunan Al-Qur’an:
1.      Dari Laukh Mahfudh ke langit dunia (dalam bentuk keseluruhan) pada malam Lailatul Qadar.
2.      Dari langit dunia ke bumi secara bertahap dalam masa kurang lebih dua puluh tiga tahun.
Beberapa hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap antara lain sebagai berikut:
1.      Menguatkan/meneguhkan hati Rasulullah
2.      Tantangan dan mukjizat
3.      Mempermudah hafalan dan pemahamannya
4.      Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan penahapan dalam penetapan hukum.
5.      Bukti pasti bahwa Al-Qur’anul Karim diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana.
Turunnya Al-Qur’an yang secara bertahap juga telah meningkatkan pendidikan umat Islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya sehingga jiwa itu tumbuh dengan tegak di atas pilar-pilar yang kokoh dan mendatangkan kesudahan yang baik bagi kehidupan umat manusia dengan izin Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam hikmah turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur itu kita melihat bahwa adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan kedua azas yaitu : perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa dan pengembangan potensi akal, jiwa dan jasmaninya dengan apa yang dapat membawanya ke arah kebaikan dan kebenaran.
Pentahapan turunnya Al-Qur'an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia dalam upaya menghafal Al-Qur'an, memahami, mempelajari, memikirkan makna-makanya dan mengamalkan apa yang dikandungnya. Sebab turunnya Al-Qur'an itu telah meningkatkan pendidikan umat Islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya, membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya, sehingga jiwa itu tumbuh dengan tegak di atas pilar-pilar yang kokoh dan mendatangkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia seluruhnya dengan izin Tuhan.